Dolar Amerika Serikat Menguat
Dolar Amerika Serikat Menguat. Mata uang tunggal Uni Eropa jatuh ke level terendah tujuh minggu
melawan dolar Amerika Serikat (USD), disebabkan pertikaian antara Roma
dan Uni Eropa mengenai rencana anggaran ekonomi Italia.
Selasa (9/10/2018), kekhawatiran geopolitik di Uni Eropa membuat investor memilih menumpuk lebih banyak uang ke dalam dolar AS. Indeks USD yang melacak greenback terhadap enam mata uang utama naik 0,13% menjadi ke level 95,744, mendekati level tertinggi sejak Desember 2016.
Kekuatan USD juga didorong oleh meningkatnya imbal hasil obligasi AS (US Treasury) bertenor 10 tahun pada akhir pekan lalu. “Meningkatnya imbal hasil obligasi AS dan beban pada pasar Eropa telah mendukung dolar AS,” Ujar Joe Manimbo, analis pasar senior di Western Union Business Solutions di Washington.
Dan pada perdagangan awal pekan ini, imbal hasil obligasi 10 tahun Italia meningkat hampir 20 basis poin menjadi 3,60%, level tertinggi dalam 4 ½ tahun. Suku bunga pinjaman Italia yang naik tinggi ini memberi kekhawatiran investor akan krisis utang negara. Di samping itu, pasar saham Italia pun jatuh ke level terendah sejak April 2017.
Wakil Perdana Menteri Italia Matteo Salvini pun mengecam Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker dan Komisaris Ekonomi Eropa Pierre Moscovici yang dianggap melakukan konspirasi untuk mengacaukan ekonomi Italia, dan menyebut keduanya sebagai musuh Eropa.
Pertikaian soal anggaran Italia dan Uni Eropa membuat euro turun 0,26% melawan dolar menjadi USD1,149, tidak jauh dari level terendah di USD1,135 pada pertengahan Agustus. Euro juga jatuh 0,31% menjadi 1,140 per franc Swiss dan merosot 0,92% menjadi 129,79 per yen Jepang.
Nun jauh di Asia, yuan China juga jatuh ke level terendah tujuh minggu menjadi 6,931 yuan per USD. Disebabkan kekhawatiran investor soal ketegangan perdagangan AS dengan China.
Selain itu, melemahnya yuan karena bank sentral China mengeluarkan kebijakan pemotongan rasio cadangan wajib bank sebesar 1% untuk penyimpanan yuan mulai 15 Oktober 2018. Ini merupakan pemotongan cadangan bank yang keempat kalinya pada tahun ini.
Selasa (9/10/2018), kekhawatiran geopolitik di Uni Eropa membuat investor memilih menumpuk lebih banyak uang ke dalam dolar AS. Indeks USD yang melacak greenback terhadap enam mata uang utama naik 0,13% menjadi ke level 95,744, mendekati level tertinggi sejak Desember 2016.
Kekuatan USD juga didorong oleh meningkatnya imbal hasil obligasi AS (US Treasury) bertenor 10 tahun pada akhir pekan lalu. “Meningkatnya imbal hasil obligasi AS dan beban pada pasar Eropa telah mendukung dolar AS,” Ujar Joe Manimbo, analis pasar senior di Western Union Business Solutions di Washington.
Dan pada perdagangan awal pekan ini, imbal hasil obligasi 10 tahun Italia meningkat hampir 20 basis poin menjadi 3,60%, level tertinggi dalam 4 ½ tahun. Suku bunga pinjaman Italia yang naik tinggi ini memberi kekhawatiran investor akan krisis utang negara. Di samping itu, pasar saham Italia pun jatuh ke level terendah sejak April 2017.
Wakil Perdana Menteri Italia Matteo Salvini pun mengecam Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker dan Komisaris Ekonomi Eropa Pierre Moscovici yang dianggap melakukan konspirasi untuk mengacaukan ekonomi Italia, dan menyebut keduanya sebagai musuh Eropa.
Pertikaian soal anggaran Italia dan Uni Eropa membuat euro turun 0,26% melawan dolar menjadi USD1,149, tidak jauh dari level terendah di USD1,135 pada pertengahan Agustus. Euro juga jatuh 0,31% menjadi 1,140 per franc Swiss dan merosot 0,92% menjadi 129,79 per yen Jepang.
Nun jauh di Asia, yuan China juga jatuh ke level terendah tujuh minggu menjadi 6,931 yuan per USD. Disebabkan kekhawatiran investor soal ketegangan perdagangan AS dengan China.
Selain itu, melemahnya yuan karena bank sentral China mengeluarkan kebijakan pemotongan rasio cadangan wajib bank sebesar 1% untuk penyimpanan yuan mulai 15 Oktober 2018. Ini merupakan pemotongan cadangan bank yang keempat kalinya pada tahun ini.
Comments
Post a Comment